Sabtu, 30 Januari 2010

Tersayat Kembali

Apakah aku sanggup dengan cinta ini
Cinta yang penuh banyak teka teki
Sementara telah kau lumatkan hati ini
Kau luluhkan jiwa dan raga ini
Terulang kembali masa yang pahit
Tersayat lagi luka yang baru sembuh
Di atas duka lama yang telah ku buang
Tergores jiwa bagai tertusuk sembilu
Hidup bagai raga tak berjiwa..

Masih Adakah

Gelap mendung selimuti gundah hati
Petir menyambar hati yang gentar
Hujanpun turun di tengah kegalauan
Di tengah jalan langkahku terhenti
Terdiam tak sengaja ku termerenung
Masih adakah cinta yang di anggap asmara
Andai kasih sayang tak bermakna
Masih adakah cinta yang di anggap suci
Andai kasih sayang tak lagi terpuji..

Rabu, 27 Januari 2010

Berharap

Ku harap kau menyadari
Apa arti sepinya diri ini
Bagaikan pisau mengiris hati
Ku menunggu setiap setiap waktu
Apa arti lelah langkahku
Seperti tombak yang menusuk hatiku
Ku mencari jawaban darimu
Apa arti siksaan rindu
Bagai jiwa tertusuk sembilu
Aku hanya bisa berharap dan menunggu
Waktu yang mau berpihak terhadapku...
Tetaplah kau bersama di sisiku...

Agar Kau Tau

Akan kurangkai semua kata cinta
Yang ada di bumi ini
Jadikan seikat kembang
Agar kau tau semua isi hatiku
Akan ku kumpulkan semua kata rindu
Yang terlintas di setiap langkahku
Jadikan sebaris puisi tentangmu
Agar kau tau semua harapanku
Akan ku bawa seberkas cinta
Jadikan cerita indah untuk kita
Agar kau tau semua mimpiku yang terindah..

Makna Puisi

Apapun telah aku coba
Dan tak henti ku berkarya
Mesti hanya sebuah pena
Selembar kertas yang di pandang hina
Tetap ku coba goreskan hingga letih
Dan kotori halaman putih
Bergerak dan tak ber alih
Hingga tanganku tertatih
Kurasa semua tak berarti
Dan tulisan itu tiada guna
Kuanggap goresan itu tak bermakna
Salah.... Salah... dan Salah
Ternyata aku telah keliru
Menganggap karya itu sebagai penipu
Kumohon maafkanlah aku
Atas segala sikap dan fitnahku
Puisi-puisi ini sangat berarti
Tulisan-tulisan ini adalah cermin hati
Jadikan aku tuk memperbaiki diri..

Getaran Rindu

Saat ku mendengar suaramu
Bergema di ruang dalam jiwa
Bergetar sampai ke ujung jemari
Mengalir tak henti sampai termimpi
Tanganku mengepal sekuat hati
Aku tengadah dengan pasrah
Rindu yang aku rasa
Membawa aku tiada
Larut ke dalam jiwanya
Rindu yang aku simpan
Membawa aku terbang
Melayang bersamanya
Untuk menjemput bayang-bayang
Yang kian di telan dirimu sayang...

Selasa, 26 Januari 2010

Tak Punya Nyali

Aku bagai mencari bayang di antara kegelapan
Memaksa menerobos heningnya ketidak pastian
Memeluk harapan yang kian menjauh
Mendekap impian yang kian merapuh
Dengan sebutir kilau ku coba pancarkan
Dengan sependar cahaya ku coba luruskan
Sorot mata kian merabun
Langkah kaki tak lagi tertuntun
Namun sebutir kilau tak mampu menerangi
Bimbang hati yang tak kian terhenti
Sependar cahayapun tak mampu mengiringi
Jiwa hati yang tak pnya nyali....

Jumat, 15 Januari 2010

Negri Ini Seperti

Para Petinggi seperti Api yang berani
Selalu melalap jika tak senang hati
Aku seperti kayu yang rapuh
Mudah terbakar oleh Api sang penipu
Pejabat seperti Ombak yang bergelombang
Selalu menyapu yang jadi penghalang
Aku seperti Sampan yang bergoyang
Selalu terbalik karena ombak yang menjulang
Para Dewan bagai gedung-gedung tinggi
Selalu memandang rendah jiwa kami
Aku bagai gubuk kecil di pinggir kali
Terkena banjir caci dan maki
Apakah pemerintah ini tak terlihat
Atau hanya pura-pura tak melihat?
Janganlah pandang kami sebagai lalat
Pandanglah kami sebagai umat yang sehat...

Rasa Keluhku Tak Henti

Langkah cepat berlomba dengan waktu
Sementara yang kucari belum ku raih
Mencari jejak dari telapak ke telapak
Berjalan sampai tubuh merangkak
Yang ku temukan hanya jalan yang congkak
Seiring berdetak jarum jam terseret
Tapi kenyataannya seperti karet
Dengan wajah seketsa penuh coret
Berusaha laju seperti luncuran Roket
Berganti hari tetap ku coba lagi
Hingga tetesan keringat tak henti
Arena liku dan terjal ku lewati
Ku tertatih di dalam jiwa yang tlah letih
Hidup ini bagaikan peti mati
Yang melahirkan keki dan benci...

Rabu, 13 Januari 2010

Penuh Isyarat

Gemercik air hujan di luar jendela
Bercampur angin yang kian meresah
Dengan sengaja ku pandangi dia
Engkau mengisyaratkan rasa di bibirmu
Kau berikan selimut lewat senyummu
Menahan dinginnya di tengah rindu
Isyaratmu menyalakan api jiwaku
Dengan hela'an lembut yang merenggut
Terciptalah hangat yang begitu kuat
Tercium harum yang menyengat
Terbentuk rasa yang tak berkarat
Walau semua itu penuh isyarat...

Bunga Terakhir

Kau petikan setangkai Bunga
Kau selipkan di arena senar gitarku
Maafkan saat itu ku singkirkan dan ku buang
Dengan wajah temaram
Kau pungut Bunga itu
Kau bersihkan tak tersisa
Ku terdiam saat engkau cabut
Kau berlari membawa bunga tersebut
Setangkai bunga kau dekap erat
Air mata menetes tak terarah
Pipimu memerah tanpa pesona
Ternyata semua itu punya arti
Aku sempat mengerti dan memahami
Bunga yang kau berikan itu Bunga terakhir
Sesal yang kurasakan sangat perih
Benci akan diriku sendiri
Membuat semua tak berarti
Maafkan aku ats sikapku ini...

Resah

Aku mulai gila mengharap engkau ada
Membawa cinta yang terbuka
Kau buat aku jadi gelisah
Q mulai resah menunggu engkau rasa
Bergaun merah sepatu warna jingga
Kau bawa isyarat yang tak bisa ku baca
Terbentuk keraguan akan keberanianku
Mengungkap rasa di hatimu
Mengendap pilu ku tunggu
Menunggu waktu yang terpaku
Menggelar rindu yang palsu...

Senin, 11 Januari 2010

Pedang Cintamu

Semakin aku memandangmu
Terlihat rambut di keningmmu
Gejolak cinta di bibirmu
Semakin aku merindukanmu
Kuat akan gelora cinta di hatimu
Kau tanamkan gairah cintaku
Kuat akan gelora cinta di hatimu
Kau tanamkan gairah cintaku
Kua hunus pedang cintamu
Tepat di dadaku yang penuh rindu
Tanjapkan dengan penuh syahdu
Betapa selalu yang ku rindu keberanianmu
Termakash & sujud atas karuniaMU
Lewat asmara yang indah untuk aku..

Sabtu, 09 Januari 2010

Namaku Dan Namamu

Di buku ini ku tuliskan lagi
Namaku dan namamu
Maafkan atas kelancanganku
Tuliskan nama kita berdua
Tanpa pengungkapan rasa
Sekarang setelah kau pergi
Baru kurasakan makna
Tulisan itu dalam buku ini
Meski samar tapi jelas tegar
Meski lusuh tetap ku rindu
Meski kusam tapi tetap dalam
Engkau sempat tinggalkan knangan
Walau hanya Tulisan nama kita berdua
Kini tinggal kenangan dan kenangan...

Tetaplah Di Sini

Kau yang kucinta
Puisi dan pelitaku
Kau lembut bagai embun
Tergenang di antara dedaunan
Membasahi jiwaku yang kering
Menyejukan hatiku yang haus
Helai rambut di keningmu
Terurai indah oleh semilir angin
Hingga mengarungi pikiranku
Kau adalah inspirasiku
Selalu hadir dalam mimpiku
Engkaulah gadis itu
Merajam hatiku bersemi lagi
Janganlah kau pergi menyisihkanku
Runtuh rasa jiwaku ini
jika kau lakukan itu
Bergetar rasa jiwa ini
Jika kau tetap di sini
Tetaplah hadir untuku
Jika kau tak ragu
Tetaplah kau di sini
Walau hanya lewat mimpi...

Lukisan Dalam Mimpi

Pekat mimpi tak terhenti
Wajah misteri yang tersembunyi
Ruang alampun terngiang
Memohon untuk berhenti
Sudut mata ini menatap
Pertanda segera mulai
Ciptakan satuan kegelapan
Lembaran kanfas tergelar lebar
Satuan kuas dan pinsil berdiri
Bergaris bimbang dalam keraguan
Terlahir lukisan kasat mata
Tak terlihat oleh mata telanjang
Namun ada satu isyarat
Lewat aliran darah yang searah
Hidup tlah terikat sebuah janji
Tikam tujuan paling dalam
Garis demi garis bertemu
Tampilkan watak yang terpendam
Titik demi titik terkumpul
Wujudkan sifat yang terjerat
Perbedaan makin terlihat
Jauh dengan harapan yang kuinginkan...

Satuan Warna

Lembut dalam gugusan alis mata
Sering terbaca mengisyaratkan
Hatiku luluh bergejolak di dalam
Dengan kejam di luar selalu membisu
Putih pertanda kasih yang suci
Sering di tafsirkan keliru
Oleh pemikiran yang munafik
Menyatu dalam kehidupan ini
Memaksa kita untuk pura-pura
Goresan pinsil lukisan lahir
Sapuan kuas cipta warna
Dari renungan mengendap
Oleh jiwa yang tak terungkap
Rindu dan dendam terucap
Walau di terjemahkan
Dalam bahasa yang jernih...

Aku Telah Keliru

Biarlah aku lempar jauh di langit
Kerinduan yang bergelora
Memecahkan pikiranku
Semoga terbawa angin
Dan berhenti mengarungiku
Ku curi sehelai rambutmu
Aku taroh di atas meja kamarku
Jelas mempunyai maksud
Setiap saat aku lihat
Agar bisa terjerat dalam bayanganku
Aku memang telah keliru
Mencoba melupakanmu
Karena pengaruh oleh suara-suara
Yang menggema di sekitar kita
Meskipun jauh tetap ku simpan senyummu
Dan aku harus bagaimana
Biarlah aku terdiam
Di atas awan hitam
Ku tunggu sinar mentari
Ku rasakan sampai hangat
Agar kau tau semua niatku..

Kamis, 07 Januari 2010

Pergilah

Belum cukupkah kau hujat diriku
Ku akui memang salahku
Berhentilah kau salahkan aku
Kusadari karena khilafku
Kemanakah maafmu itu
Yang dulu ku banggakan
Kini tak pernah lagi engkau tunjukan
Sifat manismu kini hilang sudah
Buatku tak lagi mengharapkanmu
Janganlah kau anggap dirimu sempurna
Hanya karena kau tutupi salahmu
Tak bosankan kau lakukan kesalahan
Yang juga sangat membebaniku
Kini kau tlah berubah
Tak ada lagi arah bagiku
Pergilah ikuti jalanmu
Ku tak lagi pedulikanmu..

Cukup Sudah

Jangan kau harap aku lagi
Tak mungkin kau ambil hatiku
Pergi lah pergi jangan kembali
Hatiku telah tertutup bagimu
Jangan kau pikir ku kan tergoda
Oleh rayumu tipu muslihatmu
Tak usah kau senyum
Simpan saja senyummu itu
Karena Senyum manismu
Hanyalah masalah bagiku
Sampai kapanpun ku takan berpaling
Walau segala cara kau lakukan
Dan menghancurkan kehidupanku
Cukup sudah kau ganggu hatiku
Lupakanlah diriku
Kini ku takan pernah mengingatmu lagi

Menyibak Tabir

kau rebut habis semua ketenanganku
Dari sikapmu yang lembut itu
Tak terasa gitarku menjauh dariku
Kalah akan suaramu masih di telingaku
Terdengar renyah tawamu
Menyibak tabir cerita kita berdua
Di depan takdir yang memisahkan kita
Mengingat semua seperti dulu indah
Terngiang pelan ketuk hatiku
Tegur semua kenangan
Kembali lamunan itu menjemputku
Kau telah mengembalikan rinduku..

Alamku Tak Lagi Hijau

Ketika mentari menyambut pagi
Terdengar merdu suara kicaumu
Se'irama dengan gemuruh ombak
Menimpa karang yang tegar
Luas alam megah tatapmu
Memandang sinis saat terkikis
Alamku yang dulu hijau dan
Birunya laut sempurnakan keindahan
Di hapusnya lukisan itu
Dengan kain yang telah usang
Di buangnya bingkai alam
Ke dalam harapan yang kelam
Ku mencoba untuk mengembalikan semua itu
Tapi itu hanya mimpi
Aku berdiri mengusap nadi mengelus hati
Sesal di hatiku kian mengganggu mimpi
Bersama alamku yang tak ter'urus ini..

Tak Mudah Ku Lupa

Wangimu selalu ikuti
Kemanapun aku berjalan
Bekas gincu di sebelah pipi ini
Tak kunjung pudar bagai bunga mekar
Saksi bisu bahwasannya
Sulit untuk ku lupa
Tak segampang aku buang
Gema di sgala sudut suara
Sahabat terdekat tak pernah lewat
Membendung setiap ungkapan
Mendekap semua keluhan
Untuk meraih cinta
Menangkap asmara
Sampai merebut suka..

Tak Pasti

Lintas bayangmu yang dulu lenyap
Terkikis menembus ungkap
Labil tingkahmu tak pasti tujuan
Membuat keingintahuan semakin kuat
Jelas meratap ingin mencari
Apakah yang tersimpan di balik manis senyummu
Apakah yang terendap di balik bening dua matamu
Setelah aku raih tapi kau tak pasti
Aku paksa untuk mengerti
Sampai akhirnya kau memilih
Untuk berlari...